Breaking News

Senin, 02 November 2015

Silaturahmi Koperasi Malai Padi dengan Bank Indonesia - Cirebon

Pada Tanggal 16 Oktober 2015, kami dari Koperasi Malai Padi melakukan kunjungan silaturahmi ke Bank Indonesia di Kota Cirebon. Bank Indonesia adalah pemberi saran yang mendorong kami bertransformasi dari komunitas petani organik menjadi koperasi. Alhamdulillah kedatangan kami disambut dengan baik oleh pihak Bank Indonesia yang diwakili oleh Pak Adi, Bu Yuyun dan Konsultan Bank Indonesia Pak Diding Ismayasa.

Dalam kesempatan tersebut, kami dari Koperasi Malai Padi memperkenalkan kepengurusan dan rencana kerja yang akan ditempuh serta meminta bimbingan dari Bank Indonesia yang telah berpengalaman mengembangkan klaster usaha kecil dan menengah. Sementara dari Bank Indonesia kami  diberikan dorongan untuk menjaga semangat dan modal sosial, Serta berkomitmen untuk bersama-sama memajukan koperasi sehingga bisa terus berkembangan dan suistainable. Tak lupa pihak Bank Indonesia juga mengucapkan selamat kepada Komunitas Malai Padi atas kemajuannya bertransformasi dari komunitas menjadi koperasi produsen beras premium dan organik di Indramayu.





Read more ...

Jumat, 30 Oktober 2015

Partisipasi Fasilitasi Kemitraan Bank Indonesia di Industrial Cirebon Ekspo 2015 - Grage City Mall

Koperasi Malai Padi difasilitasi oleh Bank Indonesia - Cirebon turut berpartisipasi dalam Ekspo Industri Cirebon 2015 pada Tanggal 19 - 23 Oktober 2015 di Grage City Mall Cirebon










Read more ...

Kamis, 24 September 2015

Pelatihan Pertanian Organik, 21 September 2015

Kunjungan Istimewa dari orang No. 1 di Indramayu
Bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Peternakan, Koperasi Malai Padi mengadakan Pelatihan Pertanian Organik Tingkat Kabupaten Indramayu. Bertempat di Kelompok Tani Sri Tani, Desa Mundu Kec. Karangampel - Indramayu. Acara ini mengundang semua elemen kelompok tani/KTNA Kabupaten, Praktisi Pertanian Organik hingga petani binaan BUMN untuk membahas perkembangan pertanian organik di Indramayu.

Hadir sebagai narasumber pada pertemuan tersebut yaitu Kang Uho Buhori dari Gapoktan SIMPATIK Tasikmalaya, Ahli dari BPTP Jawa Barat serta Praktisi Organik dari Jawa Timur, Dahliargo Ciptanugraha. (Eeng/Komunitas Malai Padi)


Dukungan pemerintah terhadap pengembangan pupuk organik di Indramayu

Para petani yang bersemangat mengikuti materi pelatihan

Kang Uho dari Gapoktan Simpatik Tasikmalaya : Berbagi pengalaman

Narasumber dari BPTP : materi orang kuliahan

Praktisi organik JOS dari Jombang Jawa Timur : Berbagi Pengalaman


Read more ...

Selasa, 26 Mei 2015

Beras Plastik, Beras Analog dan Isu Keamanan Pangan

Diperlukan pendampingan yang terus menerus kepada petani
tidak hanya untuk keamanan produk pangan semisal beras
tetapi keamanan hayati dalam proses usaha taninya
Dewasa ini pemberitaan tentang beras plastik menyita media massa tanah air. Banyak para ahli dan pakar yang menyampaikan pendapat agar suasana menjadi kembali tenang. Beras plastik begitu menyita perhatian karena hampir seluruh penduduk Indonesia mengkonsumsi beras, bahkan di daerah-daerah yang dahulu menggunakan sumber karbohidrat  lain saat ini mulai beralih ke beras.

Bagi Kabupaten Indramayu dan kabupaten-kabupaten lain yang daerahnya penghasil beras tentunya hal ini tidak begitu mengkhawatirkan, karena rata-rata di setiap rumah tangga petani biasanya mempunyai cadangan gabah yang disimpan untuk digiling menjadi beras pada waktu diperlukan. Hal ini sangat berbeda dengan daerah-daerah lain yang sangat menggantungkan suplai beras dari luar, tentunya akan sangat mengkhawatirkan.

Seorang pakar dari IPB, Bustanul Arifin  menilai isu beras plastik memiliki tendensi lain karena muncul pada saat pemerintah mencoba mengembangkan beras analog untuk konsumsi masyarakat sebagai bagian dari diversifikasi pangan serta antisipasi terhadap kekurangan stok beras nasional.

Menurut kami munculnya pemberitaan beras plastik sebenarnya akumulasi dari reportase media massa terhadap isu rendahnya keamanan pangan di masyarakat yang ditayangkan hampir tiap hari semisal baso daging tikus, baso menggunakan borax, daging sapi dari daging celeng, ayam tiren (mati-kemarin), pewarna pada kerang, pewarna pada jajanan dll, Sehingga publik menjadi sangat sensitif terhadap pemberitaan tersebut, terlebih terhadap beras yang nota bene dikonsumsi setiap hari oleh hampir seluruh rakyat Indonesia.

Prof, Djoko Said Damardjati, menyatakan bahwa keamanan pangan adalah salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Pangan yang aman, bermutu, bergizi, seragam, dan tersedia secara cukup merupakan prasayarat utama yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan suatu sistem pangan.

Beliau menambahkan bahwa masalah keamanan pangan terutama terkait dengan produk-produk yang secara langsung maupun tidak langsung (melalui proses pengolahan) dikonsumsi oleh manusia. Aspek keamanan pangan mencakup dampak negatif hasil rekayasa genetik atas kesehatan seperti keracunan, alergi, penurunan kekebalan tubuh, karsinogenik dan lainnya.

Isu keamanan pangan juga tidak sebatas keamanan produk tapi keamanan hayati hasil rekayasa genetik, spektrum ini sangat luas karena melibatkan produk hasil laboratorium yang ditanam oleh petani hingga produk olahan semisal beras sintetis. Kondisi tersebut juga membuat kita harus semakin selektif tidak hanya dalam memilih makanan tetapi juga produk rekayasa genetik, pupuk dan pestisida kimiawi yang akan digunakan dalam usaha tani.

Sumber Pustaka :
1. http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/05/24/noum7d-isu-beras-sintetis-muncul-terkait-intelijen-atau-keamanan-pangan)

2. Prof. Djoko Said Damardjati, Road Map Menuju Komoditas Pangan Bernilai Tambah, Penerbit Papas Sinar Sinanti, Jakarta
Read more ...

Senin, 25 Mei 2015

Awal Kemarau Panjang Tahun 2015 di Indramayu

sumber foto : nasional.kontan.co.id
Senin, 25 Mei 2015, kami terlibat dalam diskusi mengenai perkembangan iklim di Bappeda Kabupaten Indramayu. Sebuah kemajuan yang dimiliki Indramayu adalah adanya Tim Iklim dari lintas Satuan Kerja Perangkat Dinas (SKPD) yang memberikan masukan terhadap kebijakan yang bisa diambil terkait perkembangan iklim ekstrem.

Pertemuan ini didasarkan pada perkembangan yang meresahkan bahwa saat ini di 5 kecamatan di Indramayu yaitu Kecamatan Gantar, Kroya, Terisi, Cikedung dan Cantigi sudah terjadi kekeringan serta hujan yang tidak kunjung turun. Luas sawah yang kering mencapai hampir 2.300 hektar dan kemungkinan akan terus bertambah.

Kondisi ini adalah awal dari mata rantai kesulitan petani, dimulai dengan menyusutnya ketersediaan air di Bendung Rentang dan Jatiluhur, ancaman matinya padi yang baru ditanam serta mulai munculnya konflik antar masyarakat yang memperebutkan air. Kesulitan yang dihadapi Kabupaten Indramayu memang hampir senantiasa berulang, karena Indramayu merupakan daerah paling ujung yang mendapatkan aliran air baik dari Bendungan Jatiluhur di sebelah barat maupun dari Bendungan Rentang di sebelah timur, pada musim kemarau dari hampir 120.000 hektar lahan sawah di Indramayu, hanya setengahnya yang mempunyai kemungkinan terairi oleh 2 bendungan utama tersebut.

Diskusi tersebut melahirkan beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menyelamatkan pertanaman padi di Indramayu pada awal musim kemarau ini, hal tersebut antara lain :

1. Pengamanan Areal Pertanaman Padi yang sudah ditanam. Upaya ini dilakukan dengan pengecekan debit air yang real di seluruh jaringan irigasi yang ada dan melakukan koordinasi semaksimal mungkin untuk mengalirkan air ke areal sawah petani di wilayah Kabupaten Indramayu

2. Melakukan Koordinasi dengan PJT Jatiluhur terkait perbaikan saluran, pengurasan serta kemungkinan pembuatan embung atau bangunan penangkap air yang lebih optimal sehingga bisa dimanfaatkan pada waktu musim kemarau

3. Merekomendasikan penggunaan varietas genjah dan tahan air bagi petani, semisal inpari 13

4. Membuat pemetaan akurat terhadap areal yang terdampak oleh kekeringan

5. Mengusulkan untuk pelaksanaan hujan buatan di hulu sungai yang mengalir ke Indramayu

6. Mensosialisasikan tertib jadwal tanam serta gerakan hemat air bagi lokasi/kecamatan yang selama ini kelebihan supply air, seperti Kecamatan Anjatan, Patrol, Sukra, Bongas

7. Melibatkan tim ahli dari peneliti dan perguruan tinggi untuk mengetahui kemungkinan pemanfaatan destilasi air laut dan air tanah yang asin

8. Merekomendasikan untuk memperbanyak pembuatan embung atau bangunan penangkap air khususnya di beberapa daerah yang merupakan titik kritis ketersediaan air pada waktu musim kemarau

9. Keterlibatan media masa khususnya radio daerah untuk mengemas acara khusus seputar antisipasi perkembangan iklim yang diharapkan bisa membentuk petani yang mempunyai wawasan serta mandiri iklim

Read more ...

Jumat, 22 Mei 2015

Workshop Sertifikasi Padi Organik, Indramayu 4 Juni 2015

Matahari mulai beranjak, sekarang saatnya bagi Komunitas Malai Padi mempersiapkan diri dengan pengetahuan seputar pengenalan sertifikasi organik, untuk itu kami Insyallah akan mengadakan workshop yang menggali tentang kemungkinan penerapan sertifikasi padi organik di Indramayu. 

Berikut adalah lokasi, waktu, narasumber dan susunan acara workshop. Informasi selanjutnya bisa menghubungi Eeng : 0811114627. Semoga bermanfaat.






Read more ...

Selasa, 05 Mei 2015

Panen Selepas Semusim Berkiprah

Musim tanam hujan/rendeng 2014/2015, kami memulai kiprah untuk mengembangkan pertanian organik di Kabupaten Indramayu, kami memulai dengan 5 lokasi pengujian, di 5 kecamatan di Kabupaten Indramayu. Terlepas dari segala kekurangan pengujian tersebut berhasil sampai panen. Terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya.

Terima kasih untuk Ibu Yuni Fransisca, atas kesediaannya untuk demplot padi organik
di Desa Malang Semirang, Jatibarang

Terima Kasih atas demplot dan kerja kerasnya untuk Kang Aan Farhan,
Desa Mundu Kec. Karangampel

Dengan hanya pestisida nabati, hasilnya bisa memuaskan

Beras sehat, beras organik...harapan masa depan



Read more ...

Kamis, 19 Maret 2015

Kamis, 12 Februari 2015

Banjir dan Sawah Kita

Menembus Banjir Ketika Melihat Sawah Organik
Banjir adalah cerita kita setiap memasuki musim hujan. Banjir juga seharusnya menjadi persoalan yang bisa ditangani untuk menyelamatkan lahan pertanian, tapi nampaknya banjir tetap saja ada dan masalah menjadi semakin rumit. Sekali lagi, kami di Komunitas Malai-Malai Padi membiasakan diri dengan semangat Do It Yourself (DIY), dalam arti apa yang bisa kita perbuat sekecil apapun untuk memperbaiki keadaan lahan pertanian kita termasuk dalam menghadapi banjir.

Terdapat beberapa penyebab banjir di lahan sawah : 

Pertama, hujan itu sendiri. Intensitas hujan yang tinggi di beberapa tempat akan menyebabkan air yang meluap hingga ke lahan sawah. 

Kedua, Banjir yang bukan hanya disebabkan oleh hujan itu sendiri. Banjir jenis ini biasanya menyebabkan sawah kumplung, atau sawah yang kesulitan drainase sehingga air tertahan dilahan sawah hingga berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu. 


Air berlimbah, rahmat yang blm dioptimalkan
Dua jenis banjir tersebut tidaklah baik bagi sawah kita, terlebih kita sudah terbiasa sedemikian rupa menggeser musim tanam ke musim hujan. Bahkan di beberapa lokasi seperti Kecamatan Balongan, Indramayu, banyak sawah yang belum dibajak walaupun sudah tergenang oleh air banjir, serta petani baru menanam ketika air tinggi dengan benih yang sudah berumur tua hampir 30 hari setelah tanam (HST). 

Benih yang sudah tinggi ini, konon dianggap kuat bertahan menghadapi banjir yang terus meninggi, namun menanam bibit usia tua tidak akan menghasilkan produksi padi yang optimal, karena segera setelah ditanam padi yang harus sudah masuk fase generatif masih berkutat dengan adaptasi lahan. Seperti kita ketahui bahwa banjir menjadi salah satu penyebab pemborosan usaha tani, banjir akan menghanyutkan berjuta ton pupuk yang diberikan serta menghilangkan beribu ton benih yang sudah ditanam, serta mengurangi produksi padi kita.

Solusi terhadap banjir menurut kami tidak cukup dengan mengatasi secara teknis, namun kita juga harus merubah paradigma kita terhadap banjir itu sendiri. Dengan kata lain kita harus bersahabat dengan banjir, mengenali tanda-tanda dan akibat yang ditimbulkannya secara mendalam sehingga kita bisa lebih arif dalam berusaha tani. Berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan di lahan pertanian untuk mengurangi dampak banjir : 

1. Meningkatkan Kemampuan Mengikat Air (KMA) di Lahan Sawah

Lahan sawah yang sudah begitu lama diberi pupuk kimia akan menyimpan lapisan residu yang menumpuk dan mengurangi kemampuan penyerapan air ditambah tipisnya pola pembalikan oleh traktor, tidak pernah cukup dalam untuk membalikan lahan di bagian dasar.

Sedangkan lahan yang terbiasa diberikan kompos, akan mengurangi lapisan keras karena residu penggunaan pupuk kimia dengan kembali menghidupkan jasad renik ciptaan Tuhan, semisal cacing, belut dan mikroba. Dengan hidup dan berkembang biaknya zasad renik menyebabkan tanah menjadi gembur dan mempunyai kemampuan untuk mengikat air (KMA). KMA inilah yang membuat perbedaan. 

Lahan yang biasa diberi pupuk organik pada musim hujan mempunyai kemampuan untuk menyerap air hujan jauh lebih banyak daripada lahan pertanian yang hanya menggunakan pupuk kimia. Bila pupuk organik diberikan pada lahan pertanian di Indramayu dan dataran rendah lainnya, kita mempunyai cadangan air yang baik di lahan sawah, khususnya pada saat musim hujan sudah reda. Dengan KMA yang tinggi tersebut, tanaman padi bisa tumbuh dan panen walaupun selama 3 bulan tidak mendapatkan hujan. Hal itu terjadi dan telah terbukti di lahan padi organik milik Mang Ibo di Tasikmalaya.


3 bulan tdk terairi masih bisa panen dengan organik
Bagi Indramayu dan daerah dataran rendah lainnya, tentunya hal ini juga bisa diterapkan sehingga air hujan bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk pertanian kita.

2. Membuat Biopori di Lahan Sawah

Setiap musim hujan datang, air begitu melimpah. rahmat Tuhan tercurah mengguyur bumi dan menumbuhkan tanaman-tanaman yang kering dan benih-benih yang mati. Sudah menjadi rahasia kita semua bahwa banjir yang datang tidak pernah masuk dan menyerap ke dalam tanah. Sebagian besar meluncur diatas beton, semen, aspal jalan dan tanah yang dilapisi bebatuan dan kerikil.

Biopori pernah diprogram secara besar-besaran di Kota Bandung untuk mengembalikan cadangan air tanah di kota tersebut. Biopori di persawahan dataran rendah juga kita perlukan terutama di daerah pesisir pantura seperti Indramayu dan sekitarnya untuk meningkatkan cadangan air tanah yang bisa digunakan pada waktu musim kemarau serta mengurangi intrusi air laut ke daratan. 

Perbedaan biopori dengan KMA adalah kedalaman tanah yang bisa dijangkau untuk menyimpan air hujan, KMA hanya untuk tanah top soil dan lapisan pertumbuhan akar sedangkan biopori sampai lapisan penyimpanan air tanah . Biopori adalah salah satu aktualisasi dari konsep bank air, menyimpan sebanyak mungkin air ke dalam tanah pada musim hujan dan memetiknya pada musim kemarau.

3. Revitalisasi saluran cacing, Adaptasi Iklim dan Perubahan Pola Tanam

Ketiga hal diatas perlu kesungguhan untuk dilaksanakan. Terutama hal ini terkait dengan kearifan yang banyak hilang di lingkungan petani kita yaitu kesadaran komunal. Persoalan banjir di lahan sawah kita dan dampaknya secara lingkungan dan ekonomi sesungguhnya bisa diatasi, hanya saja upaya tersebut membutuhkan kesungguhan dan komitmen tinggi di semua stake holder.

Eeng_Komunitas Malai-Malai Padi @2015

Read more ...

Kamis, 05 Februari 2015

Bukit Renungan : Kenikmatan

Oleh : Emha Ainun Najib
RASANYA nikmat bukan main kalau karier kita sukses, pendapatan kita berlimpah, rumah dan saham kita bertebaran di mana-mana, kita jadi boss, kita punya kelebihan di atas banyak orang, mereka semua lebih rendah dari kita, semua orang menunduk dan tinggal kita perintah-perintah.

Pada posisi seperti itu kita sangat sukar percaya bahwa ada kenikmatan yang jauh lebih dahsyat.

Ialah kalau yang disebut “pribadi” kita bukanlah individu kita, melainkan merangkum sebanyak mungkin orang.

Ialah kalau yang dimaksud “keluarga” kita bukanlah sebatas sanak famili dan koneksi, melainkan meluas ke sebanyak mungkin saudara-saudara sesama manusia.

Ialah kalau orang tidak lebih rendah dari kita.
Keberlimpahan kita adalah keberlimpahan banyak orang.
Saham kita adalah saham harapan banyak orang.
Kebahagiaan kita adalah bank masa depan orang banyak.
Dan kita bukan bos, melainkan buruh dari rasa malu sosial dan kasih sayang kemanusiaan yang terkandung di lubuk batin kita.
Tapi ya itu tadi; orang sukar percaya, dan bertahan untuk tidak percaya.


Read more ...

Rabu, 04 Februari 2015

Akar yang Tak Pernah Bohong

Kang Yahya, petani muda Indramayu yg membatasi
penggunaan pupuk N kimia berlebihan
Sudah bertahun-tahun terjadi perdebatan yang panjang terhadap indikator fisik dari tanaman padi yang sehat. Sebagian besar petani melihat tanaman yang sehat dari sehatnya pertumbuhan dan hijaunya penampakan daun, asumsinya semakin daun kelihatan hijau maka tanaman tersebut tumbuh sehat dan produksinya tinggi. 

Maka tak heran pendekatan semacam ini menghasilkan pola bertani yang mengejar pertumbuhan daun dengan pemakaian pupuk N dosis tinggi yang berlebihan. Bila daun tanaman padi miliknya nampak kurang hijau dibanding daun padi tetangganya maka biasanya diberikan penambahan pupuk N lagi dan begitu seterusnya. Belum lagi resiko banjir di musim hujan yang bisa membawa hanyut pupuk yang baru diberikan, alhasil begitu besar kebutuhan pupuk kimia yang harus disiapkan dan begitu besar biaya yang dikeluarkan hanya untuk membeli pupuk saja.

Tapi saat ini mulai ada sebagian kecil petani yang mempunyai sudut pandang berbeda, sadar bahwa yang terpenting adalah pertumbuhan batang dan malai, maka tanaman padi tidak diberikan pupuk kimia dasar dengan jumlah yang tinggi, bahkan di beberapa lokasi sudah banyak yang meninggalkan penggunaan pupuk kimia dan menggantinya dengan pupuk organik yang dapat mengembalikan kesuburan lahan. Hal ini menegaskan yang terpenting adalah tersedianya cukup makanan di tanah agar tanaman padi bisa tumbuh dan hasilnya tinggi. 


Persemaian yang direndam air dalam waktu lama
Mengejar warna daun sangat riskan karena sering menimbulkan penyakit kresek atau hawar daun bakteri (BLB). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae. Penyakit ini biasanya hadir karena kebiasaan petani kita yang kurang tertib yaitu persemaian yang direndam air dalam waktu lama, jarak tanam yang rapat, memotong akar dan daun bibit yang akan ditanam, lahan sawah yang dalam tergenang air pada waktu penanaman padi serta pemberian pupuk kimia N yang terlalu tinggi.  


Salah satu indikator tanaman padi sehat adalah akar yang sehat. Benar, akar yang sering dilupakan karena tidak kasat mata dan tersembunyi dibalik lumpur. Akar juga adalah bagian yang sangat jarang diamati oleh petani kita, namun merupakan indikator kesehatan tanaman yang bisa dipercaya.Tanaman yang sehat akan ditopang oleh akar yang sehat dan kokoh. Ini adalah filosofi kehidupan, metafora yang bukan hanya berlaku di dunia pertanian tapi pada keseluruhan aspek hidup kita. 

Akar yang sehat  panjangnya minimal sepertiga dari panjang batang tanaman berwarna cokelat muda yang segar. Akar yang segar akan hidup di lingkungan tanah yang penuh jasad renik semisal, cacing, belut, mikroba dan lainnya, mereka mahluk hidup ciptaan Tuhan yang mempunyai tugas untuk menyokong kehidupan kita dengan menggemburkan tanah.


Akar Tanaman Padi yang sehat
Akar akan menjalar dan tumbuh sehat di tanah sawah yang gembur dan memiliki PH tanah yang baik, namun sebaliknya akar akan sulit berkembang dengan leluasa di tanah sawah yang keras dan tandus karena kekurangan zasad renik dan tingginya kandungan pupuk kimia. sehingga akar jadi pendek, coklat kusam dan menjadi tempat hama berkembang biak. 

Hal ini terjadi karena pertanian konvensional berasumsi bahwa bertanam padi cukup dengan memberikan pupuk kimia dan tidak pernah memberikan kandungan pupuk organik yang cukup. Cukup dengan pupuk N, tanaman terlihat hijau namun hanya daun yang tumbuh panjang, batang tanaman tetap pendek dan kurang pertumbuhan. Sudah saatnya kita menyayangi tanah tempat kita hidup dengan memberi bahan organik yang cukup untuk pertumbuhan tanaman padi kita. 


Akar yang Tidak Sehat


Eeng_Komunitas Malai-Malai Padi@2015

Kutipan :
http://antonmhb.lecture.ub.ac.id/2012/06/mengenal-berbagai-penyakit-pada-padi/
Read more ...

Jumat, 30 Januari 2015

Bangle, Sang Tanaman Ajaib Anti Bakteri dan Virus

Bangle mempunyai Kaitan Erat dengan Tradisi Budaya Sunda
Dahulu kala, sekitar tahun 1950-an, di Desa Darma wangi Kecamatan Tomo Kabupaten Sumedang Jawa Barat,bangle atau dalam bahasa sunda disebut panglay (Zingiber Cassummunarro xb) telah digunakan oleh petani untuk mengusir penyakit pada tanaman padi.Cukup dengan menumbuk daun bangle dan atau rimpangnya, kemudian direndam dalam air selama semalam, lalu diciprat-cipratkan ke sawah dengan mengunakan sapu pare (sapu yang terbuat dari jerami padi) pada saat padi menjelang bunting. 

Hal yang sama dilakukan oleh para petani di Desa Cukang Mara Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka. Tahun 1980-an, Bangle masih di gunakan oleh penduduk di Desa Kalapa dua Kecamatan Lemah sugih Kab.Majalengka untuk pelengkap air dalam bejana (biasanya toples) yang dibawa ke Masjid saat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Sepulang dari Masjid, air dalam toples dipakai untuk membasuh muka seluruh keluarga sambil menikmati sangu punar (nasi kuning yang khusus disajikan pada saat memperingati Hari Maulid Nabi). 

Selain itu, Bangle atau panglay senantiasa dihadirkan pada saat kelahiran bayi, sebagai bahan ramuan untuk ditempelkan di ubun-ubun bayi, juga usut punya usut berguna untuk anti septik peralatan yang digunakan paraji (dukun beranak). Bangle adalah tanaman yang sudah lama digunakan di masyarakat sebagai obat tradisional. Rimpang bangle mengandung beberapa senyawa kimia antara lain alkaloid, flavonoid, minyak atsiri, saponin, pati, tanin, teroid/triterpenoid, lemak dan gula. Alkaloid secara umum bersifat detoksifikasi yang dapat menetralisir racun di dalam tubuh.

Senyawa golongan flavonoid asal tanaman bangle merupakan senyawa peluruh lemak melalui aktivitas lipase. Flavonoid berfungsi sebagai antioksidan, sistem kekebalan tubuh, melancarkan peredaran darah keseluruh tubuh dan mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah. Saponin menjadi sumber anti bakteri dan anti virus,meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mengurangi kadar gula dalam  darah.

Bagian yang bermanfaat dari bangle adalah rimpangnya.Tanaman ini berkhasiat untuk mengobati pusing, sembelit, penurun panas (anti piretik), peluruh kentut (karminatif), peluruh dahak (expectorant), pembersih darah, kegemukan, sakit pinggang, perut nyeri, cacing kremi, encok, sakit kuning, asma, rematik dan memperkuat uterus bagi wanita sehabis bersalin.  Di daerah tertentu seperti di Sumatera, bangle digunakan sebagai penangkal setan dan biasanya diletakkan di tempat tidur bayi atau dibawa oleh perempuan yang sedang hamil.Tanaman ini diduga mengandung zat anti bakteri sehingga dimungkinkan untuk digunakan sebagai antibiotika.

Karena berkhasiat sebagai anti bakteri dan anti virus itulah barangkali para leluhur kita menggunakan bangle sebagai obat maupun sebagai bahan pestisida yang ramah lingkungan. Ini adalah kearifan lokal yang luar biasa. Di Tasikmalaya, Kang Ibo, Ketua Gapoktan Mandiri Simpatik, yaitu gapoktan yang memproduksi padi organik untuk ekspor, telah lama menggunakan bengle sebagai bahan pestisida. Kang Ibo,mencampurnya dengan beberapa bahan lain seperti daun sirsak, bawang putih dan serai. Daun/batang/rimpang bengle, daun sirsak, serai, dan ,bawang putih ditumbuk sampai halus, kemudian direndam selama satu malam, esoknya disaring dan disemprotkan secara rutin tiap 7-10 hari ke tanaman padi.Ka


Budi Kusmayadi_Malai-Malai Padi @ 2015

Sumber Pustaka:
Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 362–369Online
Baitul Herbal. Com

http://ppesuma.menlh.go.id
Read more ...

Selasa, 27 Januari 2015

Potret Pejuang Pangan yang Terpinggirkan

Kami hanya memotret. Kami berharap tidak memberikan ulasan terhadap nasib ibu, bapak atau saudara-saudara kita yang masih setia hidup dengan bertani. Bahkan air mata pun tidak akan sanggup mewakili keikhlasan mereka mengayuh kehidupan, dalam balutan lumpur, dalam kekurangan, dalam ketertinggalan dan tentu saja....kemiskinan. 

Bisa saja kita berasumsi mereka tidak akan mampu mengadopsi teknologi pertanian kita, yang memang semakin hari semakin tidak terbeli. Bisa jadi kita menyepelekan kehadiran mereka dan hanya mengingatnya sebentar dalam lalu lalang orang di jalan ketika musim tanam tiba. Bisa jadi kita tidak pernah menghitung mereka ketika kita memprediksi dengan gagah sasaran produksi pangan di meja-meja kokohnya kekuasaan kita. Lalu untuk siapa pembangunan pangan kita persembahkan? dan untuk apa Tuhan menghadirkan mereka di tengah-tengah kita?


Kami tidak setuju dengan cara mereka memperlakukan benih. Benar, kami sayangkan perlakuan yang mencuci, mengikat, memotong benih yang tidak efektif. Dan terkadang kami berkhayal bisa hidup di lingkungan petani yang maju, punya lahan tersertifikasi, menanam komoditas yang laku di super market, mempunyai bank benih, ada kredit buat usaha tani...ada subsidi buat anak-anak petani yang sekolah di fakultas pertanian...bahkan terkadang kami bermimpi tidak tinggal di negeri ini...melainkan tinggal di negeri indah dimana banyak pohon aprikot yang anggun di bukit-bukit yang semampai.


Tapi mimpi itu luruh dan menguap entah kemana apabila kami menghadapi sepiring nasi hangat di meja makan kami, nasi yang telah berpuluh-puluh tahun menghidupi kami. Nasi yang memberi kami tenaga, memungkinkan kami berpikir, membakar semangat kami untuk membangun negara yang maju...yang terkadang ironisnya malah menempatkan mereka di sudut pinggiran kolam peradaban. Karena mereka bukan artis Bollywood yang bermata jeli dan senyum menawan...karena mereka tidak mengkilat seperti gadget kita yang canggih...atau karena mereka hidup statis dan jauh dari cita-cita alam bawah sadar kita terhadap progres dan perubahan.


Namun mereka akan terlihat apabila kita memakai bingkai kaca mata cinta. Tetesan keringat, kerja keras, keluguan dan keikhlasan mereka untuk tetap bertani adalah aliran murni cinta kehidupan yang begitu dalam. Mereka bagai buih tak bernilai di hadapan kemajuan peradaban...bahkan mereka mungkin tidak pernah memimpikan mobil mewah, gadget atau baju berkilau yang susah untuk diraih. Tapi Tuhan tersenyum menatap mereka..karena mereka termasuk ke dalam sebaik-sebaik manusia yang memberikan manfaat dan kehidupan terhadap orang lain...meski kerap dilupakan.

Penghormatan terdalam dari kami, Komunitas Malai-Malai Padi bagi Bapak dan Ibu yang masih ikhlas bertani.

Eeng_Komunitas Malai-Malai Padi @ 2015
Read more ...
Designed By Blogger Templates