Breaking News

Jumat, 30 Januari 2015

Bangle, Sang Tanaman Ajaib Anti Bakteri dan Virus

Bangle mempunyai Kaitan Erat dengan Tradisi Budaya Sunda
Dahulu kala, sekitar tahun 1950-an, di Desa Darma wangi Kecamatan Tomo Kabupaten Sumedang Jawa Barat,bangle atau dalam bahasa sunda disebut panglay (Zingiber Cassummunarro xb) telah digunakan oleh petani untuk mengusir penyakit pada tanaman padi.Cukup dengan menumbuk daun bangle dan atau rimpangnya, kemudian direndam dalam air selama semalam, lalu diciprat-cipratkan ke sawah dengan mengunakan sapu pare (sapu yang terbuat dari jerami padi) pada saat padi menjelang bunting. 

Hal yang sama dilakukan oleh para petani di Desa Cukang Mara Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka. Tahun 1980-an, Bangle masih di gunakan oleh penduduk di Desa Kalapa dua Kecamatan Lemah sugih Kab.Majalengka untuk pelengkap air dalam bejana (biasanya toples) yang dibawa ke Masjid saat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Sepulang dari Masjid, air dalam toples dipakai untuk membasuh muka seluruh keluarga sambil menikmati sangu punar (nasi kuning yang khusus disajikan pada saat memperingati Hari Maulid Nabi). 

Selain itu, Bangle atau panglay senantiasa dihadirkan pada saat kelahiran bayi, sebagai bahan ramuan untuk ditempelkan di ubun-ubun bayi, juga usut punya usut berguna untuk anti septik peralatan yang digunakan paraji (dukun beranak). Bangle adalah tanaman yang sudah lama digunakan di masyarakat sebagai obat tradisional. Rimpang bangle mengandung beberapa senyawa kimia antara lain alkaloid, flavonoid, minyak atsiri, saponin, pati, tanin, teroid/triterpenoid, lemak dan gula. Alkaloid secara umum bersifat detoksifikasi yang dapat menetralisir racun di dalam tubuh.

Senyawa golongan flavonoid asal tanaman bangle merupakan senyawa peluruh lemak melalui aktivitas lipase. Flavonoid berfungsi sebagai antioksidan, sistem kekebalan tubuh, melancarkan peredaran darah keseluruh tubuh dan mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah. Saponin menjadi sumber anti bakteri dan anti virus,meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mengurangi kadar gula dalam  darah.

Bagian yang bermanfaat dari bangle adalah rimpangnya.Tanaman ini berkhasiat untuk mengobati pusing, sembelit, penurun panas (anti piretik), peluruh kentut (karminatif), peluruh dahak (expectorant), pembersih darah, kegemukan, sakit pinggang, perut nyeri, cacing kremi, encok, sakit kuning, asma, rematik dan memperkuat uterus bagi wanita sehabis bersalin.  Di daerah tertentu seperti di Sumatera, bangle digunakan sebagai penangkal setan dan biasanya diletakkan di tempat tidur bayi atau dibawa oleh perempuan yang sedang hamil.Tanaman ini diduga mengandung zat anti bakteri sehingga dimungkinkan untuk digunakan sebagai antibiotika.

Karena berkhasiat sebagai anti bakteri dan anti virus itulah barangkali para leluhur kita menggunakan bangle sebagai obat maupun sebagai bahan pestisida yang ramah lingkungan. Ini adalah kearifan lokal yang luar biasa. Di Tasikmalaya, Kang Ibo, Ketua Gapoktan Mandiri Simpatik, yaitu gapoktan yang memproduksi padi organik untuk ekspor, telah lama menggunakan bengle sebagai bahan pestisida. Kang Ibo,mencampurnya dengan beberapa bahan lain seperti daun sirsak, bawang putih dan serai. Daun/batang/rimpang bengle, daun sirsak, serai, dan ,bawang putih ditumbuk sampai halus, kemudian direndam selama satu malam, esoknya disaring dan disemprotkan secara rutin tiap 7-10 hari ke tanaman padi.Ka


Budi Kusmayadi_Malai-Malai Padi @ 2015

Sumber Pustaka:
Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 362–369Online
Baitul Herbal. Com

http://ppesuma.menlh.go.id
Read more ...

Selasa, 27 Januari 2015

Potret Pejuang Pangan yang Terpinggirkan

Kami hanya memotret. Kami berharap tidak memberikan ulasan terhadap nasib ibu, bapak atau saudara-saudara kita yang masih setia hidup dengan bertani. Bahkan air mata pun tidak akan sanggup mewakili keikhlasan mereka mengayuh kehidupan, dalam balutan lumpur, dalam kekurangan, dalam ketertinggalan dan tentu saja....kemiskinan. 

Bisa saja kita berasumsi mereka tidak akan mampu mengadopsi teknologi pertanian kita, yang memang semakin hari semakin tidak terbeli. Bisa jadi kita menyepelekan kehadiran mereka dan hanya mengingatnya sebentar dalam lalu lalang orang di jalan ketika musim tanam tiba. Bisa jadi kita tidak pernah menghitung mereka ketika kita memprediksi dengan gagah sasaran produksi pangan di meja-meja kokohnya kekuasaan kita. Lalu untuk siapa pembangunan pangan kita persembahkan? dan untuk apa Tuhan menghadirkan mereka di tengah-tengah kita?


Kami tidak setuju dengan cara mereka memperlakukan benih. Benar, kami sayangkan perlakuan yang mencuci, mengikat, memotong benih yang tidak efektif. Dan terkadang kami berkhayal bisa hidup di lingkungan petani yang maju, punya lahan tersertifikasi, menanam komoditas yang laku di super market, mempunyai bank benih, ada kredit buat usaha tani...ada subsidi buat anak-anak petani yang sekolah di fakultas pertanian...bahkan terkadang kami bermimpi tidak tinggal di negeri ini...melainkan tinggal di negeri indah dimana banyak pohon aprikot yang anggun di bukit-bukit yang semampai.


Tapi mimpi itu luruh dan menguap entah kemana apabila kami menghadapi sepiring nasi hangat di meja makan kami, nasi yang telah berpuluh-puluh tahun menghidupi kami. Nasi yang memberi kami tenaga, memungkinkan kami berpikir, membakar semangat kami untuk membangun negara yang maju...yang terkadang ironisnya malah menempatkan mereka di sudut pinggiran kolam peradaban. Karena mereka bukan artis Bollywood yang bermata jeli dan senyum menawan...karena mereka tidak mengkilat seperti gadget kita yang canggih...atau karena mereka hidup statis dan jauh dari cita-cita alam bawah sadar kita terhadap progres dan perubahan.


Namun mereka akan terlihat apabila kita memakai bingkai kaca mata cinta. Tetesan keringat, kerja keras, keluguan dan keikhlasan mereka untuk tetap bertani adalah aliran murni cinta kehidupan yang begitu dalam. Mereka bagai buih tak bernilai di hadapan kemajuan peradaban...bahkan mereka mungkin tidak pernah memimpikan mobil mewah, gadget atau baju berkilau yang susah untuk diraih. Tapi Tuhan tersenyum menatap mereka..karena mereka termasuk ke dalam sebaik-sebaik manusia yang memberikan manfaat dan kehidupan terhadap orang lain...meski kerap dilupakan.

Penghormatan terdalam dari kami, Komunitas Malai-Malai Padi bagi Bapak dan Ibu yang masih ikhlas bertani.

Eeng_Komunitas Malai-Malai Padi @ 2015
Read more ...

Senin, 26 Januari 2015

Kearifan yang Hilang dalam Penanganan Benih Padi

Benih yang terbuang, uang dan tenaga yang mubazir
Di suatu hari menjelang senja, ketika kami mendatangi sawah seorang sahabat di wilayah Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu, kami mendengar keluhan yang panjang, betapa usaha tani padi saat ini dirasakan demikian berat, penuh ketidakpastian dan tidak menguntungkan. 

Tentu dibutuhkan ruang yang teramat panjang untuk membahas itu semua karena hal itu sama dengan meluruskan tali-temali yang sudah kusut dan diperlukan upaya-upaya tegas dan pemikiran yang jernih. Namun kami, di Komunitas Malai-Malai Padi terbiasa dengan pola pikir Do It Yourself (DIY) dalam artian apa yang bisa kita perbuat dalam jangkauan peran kita untuk memperbaiki keadaan tersebut.



Benih Usia Muda masih memiliki Cadangan Makanan Sehingga
Bisa Langsung Tumbuh & Tidak Layu Ketika di Tanam
Salah satu yang kami temukan adalah adanya kearifan yang hilang dalam penanganan benih padi. Betul, karena kita sudah terjebak kedalam pola pikir (mindset) newtonian yang memposisikan benih itu semata-mata sebagai komponen atau bagian usaha tani, hanya sebagai alat. Benih belum dipandang secara holistik dan keseluruhan, dalam artian bila kita merawat, menjaga dan menyayangi benih, maka kita akan menuai hasil yang maksimal. Bila kita menanam benih padi sesuai dengan perkembangan morfologi tanaman padi, maka usaha tani kita akan hemat dan efektif.

Akibat dari cara pandang tersebut kita cenderung mengabaikan fungsi dan peran dari benih padi. Hal ini dilihat dari kebiasan-kebiasan yang berlaku di masyarakat petani antara lain sebagai berikut :


A. Benih Usia Tua

Benih yang Tua di Persemaian
Persemaian padi dilakukan di areal sawah yang digenangi air, benih dibiarkan hingga mencapai ketinggian 10 - 15 cm atau pada usia 20 sampai 35 yang dianggap 'aman' untuk ditanam. Petani biasanya beralasan bahwa benih yang ditanam harus aman dari serangan hama keong (Pomacea canaliculata) dan serangan bebek. Namun sayang asumsi ini mempunyai konsekuensi terhadap lambatnya pertumbuhan dan kemampuan produksi tanaman padi. Karena kondisi benih ketika ditanam sudah terlambat dan segera memasuki masa anakan (generatif). 


B. Pencabutan Benih dari Akarnya
Pencucian Benih
Tanaman mempunyai hubungan erat dengan tanah tempat dia tumbuh dan bernaung. Sudah kita ketahui bersama bahwa tanaman apabila dicabut akarnya dari tanah dia akan mengalami stress akibat berhentinya sistem suplai makanan dan pernafasan. Namun masih banyak kebiasan dikalangan petani kita yang melakukan hal tersebut; benih dicabut, dicuci (dikupyak-bhs.indramayu) di sungai, dipisahkan dari tanahnya dan dibiarkan hingga bersih dan tidak tersisa tanah sedikit pun.

C. Pengikatan Benih


Benih Terikat mengurangi Kemampuan Fotosintesis
Benih diikat sehingga daun tidak bisa leluasa melakukan fotosintetis. Pengikatan benih ini adalah beberapa hal yang mengurangi kemampuan tanaman padi untuk tumbuh dan menghasilkan padi yang optimal. Beberapa pakar pertanian menyarankan untuk membuat persemaian di dalam nampan (tray) atau besek. Kearifan ini sudah terganti dengan alasan lebih praktis untuk mengikat benih apalagi kalau akan digunakan untuk penanaman yang luas. Nampaknya hasrat untuk praktis dan budaya instan ala industri newtonian merasuki petani kita yang mengakibatkan kerugian pada benih itu sendiri.

Eeng_Komunitas Malai-Malai Padi @ 2015
Read more ...

Kamis, 22 Januari 2015

Teknologi Nano sebagai Alternatif Perbaikan Kesuburan Lahan Pertanian

Salah satu produk pupuk yang menggunakan teknologi nano
Kita semua sudah lama mendengar tentang teknologi nano yang dapat diterapkan di bidang pertanian. Tapi seiring waktu teknologi ini seolah meredup, jarang terdengar dan seolah tidak terbuktikan kegunaannya. Faktanya teknologi nano memang sudah digunakan di negara-negara maju lebih dari 30 tahun lalu, karena keunggulan dan karakteristiknya. Lalu mengapa kita masih terus menggunakan pupuk padat dan tidak mengadopsi keunggulan tersebut? kemungkinan besar jawaban persoalan itu berkaitan dengan mekanisme industri pertanian di negara kita.

Pupuk Nano bukanlah pupuk konvensional yang sulit terserap oleh tanaman dan sebagian besar luruh ke tanah dan menyebabkan endapan yang tidak termakan tanaman dan meracuni tanah. Pupuk nano adalah pupuk cair berteknologi nitro yang gampang terserap, karena mempunya sifat slow release nitrogen (SRN). Pupuk ini mampu mencukupi unsur mikro yang diperlukan tanaman dan penguat pupuk yang biasa digunakan, pupufk ini efektif karena akan terserap kepada daun dan akar tanaman. Teknologi Nano ini sangat ramah lingkungan seperti mencegah penguapan, pencucian dan erosi, larutannya berupa cairan kristal bening sehingga sangat ideal diaplikasikan di berbagai jenis alat penyemprotan, sistem pemupukan atau irigasi tetes, pupuk ini juga sangat stabil dan tidak menyebabkan perkaratan.


Petak Percobaan Pupuk Teknologi Nano
Di Komunitas Malai-Malai Padi, kami mempunyai agenda besar untuk memperbaiki kerusakan lahan akibat limbah/endapan penggunaan pupuk kimia yang sudah berpupuh-puluh tahun di lahan pertanian kita. Salah satu bentuk kongkrit dari agenda tersebut adalah mengajak petani untuk menyadari dampak negatif dari budaya pemupukan kimia yang tidak bijaksana. Kesadaran ini kami terus berikan seiring waktu terutama pada saat petani menemukan hama dan penyakit tanaman yang tak kunjung berkurang dan makin hari makin kebal terhadap racun kimia. Pendapatan usaha tani pun sebagian besar diinvestasikan untuk membeli pupuk dan pestisida yang kian hari kian mahal dan mempunyai dosis yang tinggi.


Penyakit Kerdil Rumpun / Klowor
Beberapa hama dan penyakit yang berkembang pada dasarnya karena tanah sudah terdegradasi, tidak lagi mempunyai nutrisi yang cukup untuk tanaman walaupun diberikan pupuk dengan jumlah yang banyak. Indikator dari kondisi ini adalah semakin sedikitnya jumlah jasad renik penyubur tanah yang tersisa, seperti cacing, kepik, belut dan lainnya. Semuanya hilang dan tergerus oleh pestisida yang digunakan dengan frekuensi dan dosis yang tinggi.

Manfaat pupuk nano antara lain mampu memaksimalkan penyerapan hara secara efisien sebanyak 33 % dari pupuk biasa, sehingga kadar pupuk rendah, murah dan ramah lingkungan. keunggulan lainnya adalah meningkatkan kualitas dan produksi tanaman, indikatornya bulir bernas dan berisi dan produksi meningkat lebih dari 2 kali lipat (Pengujian pada demplot di Tasikmalaya), dan yang terpenting pupuk ini meminimalkan limbah residu kimia terhadap tanah pertanian.

Eeng - Komunitas Malai-Malai Padi @ 2015
Read more ...

Minggu, 18 Januari 2015

Transplanter, Solusi dalam Mengatasi Kesulitan Tenaga Kerja Tanam

Tanam padi serempak merupakan salah satu standar prosedur budidaya padi dalam suatu hamparan, hal ini untuk memutus siklus OPT terutama tikus yang senantiasa mengancam tanaman padi setiap musim. Namun, petani di Indramayu sering mengalami kesulitan dalam mencari tenaga kerja tanam, karena selain tenaga kerja tanam sudah semakin, waktu tanam harus serempak dan hamparan yang cukup luas.

Sehingga seringkali, benih yang sudah siap di tanam umur 21-25 HSS, baru bisa ditanam saat umur 30-35 HSS akibat berebutnya jasa tanam, dengan posisi tawar tenaga kerja tanam yang tinggi, “ majikan” (yang mempunyai lahan)  tidak dapat melaksanakan teknologi anjuran penyuluh pertanian seperti tanam dangkal, tanam 2-3 bibit per lubang, dan tanam jajar legowo 2. 

Di Indramayu, jasa tanam padi atau disebut juga jasa tandur biasanya ada dua macam. Yang pertama sistem borongan, yaitu serombongan tenaga kerja tanam, biasanya 15-30 orang wanita ditambah beberapa orang pria, melaksanakan tanam borongan dengan harga yang disepakati, saat ini kisaran harga jasa mereka antara Rp 500.000,- sampai dengan Rp 700.000 per bau (satuan luas padi setara 0,71 Ha). Saat tanam serentak, mereka akan mengejar seluas mungkin area yang dapat ditanam untuk mendapatkan upah yang lebih besar, Hal ini menyebabkan penanaman padi yang dilakukan seringkali asal saja. Contohnya, jarak tanam 27 x 27 cm atau 30 x 30 cm seringkali bergeser dan melebar menjadi 40x40 cm atau bahkan ditengah areal bisa 50 x 50 cm. pergeseran jarak tanam itu, mungkin saja tidak disengaja atau tidak mereka sadari, tetapi hal ini tentu saja merugikan majikan (pemilik lahan). 


Yang kedua yaitu sistem “ceblokan”, yaitu beberapa petani (pria maupun wanita) melaksanakan tanam tidak dan dibayar hanya sekedar diberi makanan ringan (snack), tetapi nanti saat panen merekalah yang berhak memanen padi tersebut atau dalam bahasa Indramayu dikenal dengan istilah derep. Hak panen ini bersifat mengikat, artinya yang tidak ikut saat tanam tidak bisa ikut panen di disitu. Mencermati kondisi tersebut, Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Jatibarang - Indramayu, melaksanakan uji coba penggunaan mesin tanam padi  bantuan pemerintah melalui Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu.

Uji coba dilaksanakan di Desa Bulak di lahan Bapak H. Solihin pada musim tanam rendeng 2014/2015. Menurut H. Solihin, secara teknis mengoprasikan mesin tersebut tidak sulit, hanya saja cara melakukan persemaian harus mendapat perhatian, karena selain harus memenuhi standar yang sesuai dengan kinerja mesin tanam tersebut, Persemaian tersebut berbeda dengan persemaian konvensional yang selama ini dilakukan petani, yaitu menyemai benih padi diatas tanah di areal persawahan. Dengan menggunakan mesin tanam ini, persemaian dilakukan di dalam baki (tray) khusus yang belum biasa dilakukan petani. Selain itu, secara sosial, pergantian dari tenaga kerja tanam ke penggunaan mesin perlu mendapat perhatian, karena beratus buruh tani akan kehilangan kesempatan kerja di musim tanam. 

Pak Parman, kepala BPP Jatibarang sedang menjelaskan 
cara membuat persemaian kepada petani dari karangampel
Sebagai gambaran, apabila suatu grup jasa tanam yang terdiri dari 25 orang dapat menanam 3 bau (2,14 Ha) sehari, masa tanam 15 hari, harga borongan Rp 600.000,- per bau, maka satu orang anggota jasa tanam tersebut akan mendapat pengasilan sebesar Rp 1. 080.000 per musim atau Rp 2.160.000 per tahun. Andai dalam satu desa ada 4-5 rombongan jasa tanam, berapa orang yang akan kehilangan pendapatan dari jasa tanam? Bukan berarti mereka harus diberi konpensasi seperti BLT, tetapi harus ada pekerjaan lainnya, misalnya pemanfaatan pekarangan yang bernilai ekonomi bagi wanita dan buruhtani.

Budi Kusmayadi_Komunitas Malai-Malai Padi @ 2015
Read more ...

Rabu, 14 Januari 2015

Pencerahan dari Guru Besar, Terima Kasih Pak Aos


Paradigma sain kontemporer, kedaulatan pangan dan hortikultura 
materi ini disebarkan oleh Kang Irman Bimandiri Faperta UNPAD '85
Semoga Bermanfaat Bagi Kita Semua 
Read more ...

Senin, 12 Januari 2015

Tomcat Pelindung Padi Organik

Sore itu (06/01/2015), mendung tebal menggelayut diatas langit Kecamatan Anjatan - Indramayu, kami dari Komunitas Malai-Malai Padi berkesempatan meninjau lahan sawah petak percobaan kami untuk pertanian organik. Pada waktu acara workshop pengembangan pertanian organik (27/11/2014), kami diajarkan oleh Ahli Pertanian Organik, Mang Ibo (Hendra Kribo) dari Tasik malaya untuk penanaman bibit tunggal usia muda, 1 bibit per lubang tanam yang ternyata berkembang menjadi rata-rata 30 anakan. (sumber : http://malaimalaipadi.blogspot.com/2014/12/menyemai-harapan-padi-sehat-bagian-2.html).

Hal lain yang juga kami temukan pada demplot padi organik tersebut adalah terdapatnya banyak musuh alami pemangsa hama yaitu serangga Tomcat. Serangga Tomcat atau Paederus littoralis, di beberapa lokasi disebut pula Semut serai, Kumbang Rove (Rove Beetle), Semut Kayap dan  Charlie. 

Hewan ini termasuk dalam keluarga besar Kumbang (Staphylinidae) yang ternyata termasuk kelompok serangga kuno yang berumur 200 juta tahun, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya fosil serangga tomcat dari Jaman Triassic.

Seranggat Tomcat yang kami temukan di pertanaman organik kami sangat dominan per rumpun padi yang kami amati dan kami melihat adanya tidak populasi wereng pada petak tanaman tersebut. Walaupun sempat diberitakan menyerang manusia namun serangga ini sebenarnya sahabat petani karena merupakan predator wereng dan hama ulat kedelai Helicoverpa armigera. Ternyata dengan bertani yang ramah lingkungan dan kembali ke alam, alam menyediakan perlindungan dan immunitas alami bagi hama dan penyakit yang selama ini yang sangat merugikan para petani. 
Eeng - Komunitas Malai-Malai Padi
Read more ...

Selasa, 06 Januari 2015

Wanawisata Ciburial Sumedang

Wanawisata Ciburial adalah tempat eksotik tersembunyi yang menurut kami menyimpan potensi wisata alam yang besar. Terletak pada koordinat : 6°48'24"S   107°57'23"E di Kaki Gunung Tampomas. Wanawisata tersebut hanya memerlukan waktu tempuh 10 menit dari perempatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang dan bertempat di Desa Licin, Kec. Cimalaka, Sumedang. 

Kecamatan Cimalaka sendiri mempunyai luas wilayah sekitar 40 km persegi dengan ketinggian 600 meter diatas permukaan laut. Cimalaka adalah surga karena menyimpan banyak mata air, udara yang sejuk serta potensi lahan pertanian yang demikian subur dan luas. Bila Anda kebetulan berada di daerah ini pada pagi atau sore hari, Anda akan merasakan sejuknya hawa pedesaan serta senyum keramahan masyarakat Pasundan yang menentramkan hati.



Wanawisata Ciburial mempunyai bukit kecil yang memiliki track menarik dan tidak terlalu terjal. Trak ini sangat cocok dan memudahkan terutama untuk mengenalkan alam kepada anak-anak. Terdapat dua percabangan jalan setapak, yang satu ke arah puncak bukit kecil serta yang lain kearah makam keramat Ki Sunda Uyut Sadim (http://babadsunda.blogspot.com/2010/11/situsmakam-keramat-kecamatan-cimalaka.html)

Bagi masyarakat Pasundan, Wanawisata ini bisa bernilai sejarah untuk mengenal nilai-nilai leluhur mereka, walaupun budaya itu kelihatannya sudah mulai luntur oleh arus budaya barat (westernisasi) karena pada saat penulis berkunjung kesana di sebuah rumah kolam di kaki wanawisata tersebut anak-anak muda sedang memainkan band dengan musik rock yang cepat dan hingar bingar...sangat disayangkan. Mungkin akan jauh lebih indah di rumah kolam di sekitar wanawisata tersebut didirikan sanggat musik degung atau kacapi suling sehingga bisa memberikan kesejukan dan mengundang lebih banyak wisatawan untuk berkunjung kesana.



Dibagian bawah wanawisata tersebut ada sebuah mata air besar yang khusus ditempatkan pada sebuah kolam yang berukuran 30 x 10 meter. Menurut sumber setempat mata air tersebut akan sangat terlihat terutama pada musim kemarau. Sebagaimana lazimnya mata air, air disitu sangat jernih dan segar walaupun ditanami ikan dan seringkali dijadikan arena memancing anak-anak.

Air dari mata air tersebut mengairi banyak kolam disekitar mata air. Kolam-kolam yang digunakan warga setempat untuk budidaya air tawar dan mengembangkan ikan-ikan eksotik yang benilai tinggi dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Hanya sayang disana-sini di saluran irigasi kecil sekitar mata air banyak sekali sampah plastik yang berceceran. Kolam mata air juga secara langsung digunakan untuk tempat para remaja mencuci motor dengan menggunakan sampo dan bahan kimia, hingga mencemari aliran air dari mata air dan menimbulkan pemandangan yang tidak indah.



Nampaknya harus ada upaya komprehensif untuk melastarikan mata air dan wanawisata Ciburial tersebut. Upaya-upaya untuk mengedukasi warga masyarakat sekitar agar memiliki rasa menyayangi dan memiliki kekayaan alam yang sudah Tuhan titipkan kepada mereka. Termasuk upaya-upaya untuk membuat site-plan yang baik sehingga memungkinkan fasilitas tersebut terjaga kebersihan dan keindahannya terutama untuk prasarana dasar yang saat ini belum tersedia seperti tempat sampah, ruang parkir, larangan memancing/mencuci motor di sekitar mata air serta yang lainnya. Semoga surga wanawisata Ciburial tetap terjaga.

Eeng - Komunitas Malai-Malai Padi @2015



Read more ...

Sabtu, 03 Januari 2015

Silaturahmi ke Sumedang

Perjalanan kecil kami, di Hari Sabtu, 2 Januari 2014 yang gerimis, alhamdulillah telah mengantarkan kami untuk bersilaturahmi dengan seorang teman lama di Daerah Cimalaka Sumedang. Sebuah daerah sumber mata air di Kaki Gunung Tampomas yang sejuk dan eksotis dengan vegetasi khas pegunungan, sawah, kolam air tawar, mata air dan hutan lindung.

Siang itu setelah kurang lebih menempuh 2 jam perjalanan, kami bertemu dengan Kang IGUN (Gunawan Hidayat), penggiat pertanian di Wanawisata Ciburial, Desa Licin, Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Seorang teman lama yang sangat bersemangat dalam membangun kemandirian di tingkat kelompok tani yang senantiasa berupaya memperjuangkan agar program pertanian dari pemerintah senantiasa tepat sasaran dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar.


Daerah Ciburial sendiri merupakan daerah konservasi dan mata air di Kawasan Cimalaka yang mempunyai potensi yang besar dalam pengembangan budidaya ikan air tawar semisal Koi, Ikan Mas, Mujair Kumpay, Ikan Kancra, Red-Caff, dll. Hanya sangat disayangkan disana-sini kami menjumpai kesadaran masyarakat yang kurang dalam merawat alam yang indah dan eksotis itu terutama dengan banyaknya sampah plastik di saluran dan penggunaan sumber air untuk tempat pencucian motor.

Kita memang diberi 'surga' oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, namun terkadang tidak ada kesadaran untuk merawatnya.





Siang itu kami belajar lebih banyak tentang kearifan lokal di masyarakat setempat terutama dalam pemanfaatan ekonomi air tawar serta vegetasi hutan lestari. Kami sangat beruntung bisa merasakan udara sejuk di kaki Gunung Tampomas tersebut dan semoga catatan-catatan ini bisa kami aplikasikan untuk kehidupan pertanian kita yang menghargai dan berkomitmen pada pengembangan kearifan lokal.

Eeng - Komunitas Malai-Malai Padi
Read more ...

Kamis, 01 Januari 2015

Selamat Tahun Baru (Happy New Year) 2015

"Bila tak bisa memberi, jangan mengambil" 

"Bila mengasihi terlalu sulit, jangan membenci" 

"Bila tak mampu menghibur orang, jangan membuatnya sedih" 

"Bila tak mungkin meringankan beban orang lain, jangan mempersulit/memberatkannya" 

"Bila tak sanggup memuji, jangan menghujat" 

"Bila tak bisa menghargai, jangan menghina"

"JANGAN MENCARI KESEMPURNAAN, tapi sempurnakanlah apa yg telah ada pada kita.Senantiasa bersyukur atas nikmat yg diberikan hari ini dan berusaha lebih baik lagi untuk hari esok.
Read more ...
Designed By Blogger Templates