Breaking News

Senin, 26 Januari 2015

Kearifan yang Hilang dalam Penanganan Benih Padi

Benih yang terbuang, uang dan tenaga yang mubazir
Di suatu hari menjelang senja, ketika kami mendatangi sawah seorang sahabat di wilayah Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu, kami mendengar keluhan yang panjang, betapa usaha tani padi saat ini dirasakan demikian berat, penuh ketidakpastian dan tidak menguntungkan. 

Tentu dibutuhkan ruang yang teramat panjang untuk membahas itu semua karena hal itu sama dengan meluruskan tali-temali yang sudah kusut dan diperlukan upaya-upaya tegas dan pemikiran yang jernih. Namun kami, di Komunitas Malai-Malai Padi terbiasa dengan pola pikir Do It Yourself (DIY) dalam artian apa yang bisa kita perbuat dalam jangkauan peran kita untuk memperbaiki keadaan tersebut.



Benih Usia Muda masih memiliki Cadangan Makanan Sehingga
Bisa Langsung Tumbuh & Tidak Layu Ketika di Tanam
Salah satu yang kami temukan adalah adanya kearifan yang hilang dalam penanganan benih padi. Betul, karena kita sudah terjebak kedalam pola pikir (mindset) newtonian yang memposisikan benih itu semata-mata sebagai komponen atau bagian usaha tani, hanya sebagai alat. Benih belum dipandang secara holistik dan keseluruhan, dalam artian bila kita merawat, menjaga dan menyayangi benih, maka kita akan menuai hasil yang maksimal. Bila kita menanam benih padi sesuai dengan perkembangan morfologi tanaman padi, maka usaha tani kita akan hemat dan efektif.

Akibat dari cara pandang tersebut kita cenderung mengabaikan fungsi dan peran dari benih padi. Hal ini dilihat dari kebiasan-kebiasan yang berlaku di masyarakat petani antara lain sebagai berikut :


A. Benih Usia Tua

Benih yang Tua di Persemaian
Persemaian padi dilakukan di areal sawah yang digenangi air, benih dibiarkan hingga mencapai ketinggian 10 - 15 cm atau pada usia 20 sampai 35 yang dianggap 'aman' untuk ditanam. Petani biasanya beralasan bahwa benih yang ditanam harus aman dari serangan hama keong (Pomacea canaliculata) dan serangan bebek. Namun sayang asumsi ini mempunyai konsekuensi terhadap lambatnya pertumbuhan dan kemampuan produksi tanaman padi. Karena kondisi benih ketika ditanam sudah terlambat dan segera memasuki masa anakan (generatif). 


B. Pencabutan Benih dari Akarnya
Pencucian Benih
Tanaman mempunyai hubungan erat dengan tanah tempat dia tumbuh dan bernaung. Sudah kita ketahui bersama bahwa tanaman apabila dicabut akarnya dari tanah dia akan mengalami stress akibat berhentinya sistem suplai makanan dan pernafasan. Namun masih banyak kebiasan dikalangan petani kita yang melakukan hal tersebut; benih dicabut, dicuci (dikupyak-bhs.indramayu) di sungai, dipisahkan dari tanahnya dan dibiarkan hingga bersih dan tidak tersisa tanah sedikit pun.

C. Pengikatan Benih


Benih Terikat mengurangi Kemampuan Fotosintesis
Benih diikat sehingga daun tidak bisa leluasa melakukan fotosintetis. Pengikatan benih ini adalah beberapa hal yang mengurangi kemampuan tanaman padi untuk tumbuh dan menghasilkan padi yang optimal. Beberapa pakar pertanian menyarankan untuk membuat persemaian di dalam nampan (tray) atau besek. Kearifan ini sudah terganti dengan alasan lebih praktis untuk mengikat benih apalagi kalau akan digunakan untuk penanaman yang luas. Nampaknya hasrat untuk praktis dan budaya instan ala industri newtonian merasuki petani kita yang mengakibatkan kerugian pada benih itu sendiri.

Eeng_Komunitas Malai-Malai Padi @ 2015
Designed By Blogger Templates