Breaking News

Kamis, 22 Januari 2015

Teknologi Nano sebagai Alternatif Perbaikan Kesuburan Lahan Pertanian

Salah satu produk pupuk yang menggunakan teknologi nano
Kita semua sudah lama mendengar tentang teknologi nano yang dapat diterapkan di bidang pertanian. Tapi seiring waktu teknologi ini seolah meredup, jarang terdengar dan seolah tidak terbuktikan kegunaannya. Faktanya teknologi nano memang sudah digunakan di negara-negara maju lebih dari 30 tahun lalu, karena keunggulan dan karakteristiknya. Lalu mengapa kita masih terus menggunakan pupuk padat dan tidak mengadopsi keunggulan tersebut? kemungkinan besar jawaban persoalan itu berkaitan dengan mekanisme industri pertanian di negara kita.

Pupuk Nano bukanlah pupuk konvensional yang sulit terserap oleh tanaman dan sebagian besar luruh ke tanah dan menyebabkan endapan yang tidak termakan tanaman dan meracuni tanah. Pupuk nano adalah pupuk cair berteknologi nitro yang gampang terserap, karena mempunya sifat slow release nitrogen (SRN). Pupuk ini mampu mencukupi unsur mikro yang diperlukan tanaman dan penguat pupuk yang biasa digunakan, pupufk ini efektif karena akan terserap kepada daun dan akar tanaman. Teknologi Nano ini sangat ramah lingkungan seperti mencegah penguapan, pencucian dan erosi, larutannya berupa cairan kristal bening sehingga sangat ideal diaplikasikan di berbagai jenis alat penyemprotan, sistem pemupukan atau irigasi tetes, pupuk ini juga sangat stabil dan tidak menyebabkan perkaratan.


Petak Percobaan Pupuk Teknologi Nano
Di Komunitas Malai-Malai Padi, kami mempunyai agenda besar untuk memperbaiki kerusakan lahan akibat limbah/endapan penggunaan pupuk kimia yang sudah berpupuh-puluh tahun di lahan pertanian kita. Salah satu bentuk kongkrit dari agenda tersebut adalah mengajak petani untuk menyadari dampak negatif dari budaya pemupukan kimia yang tidak bijaksana. Kesadaran ini kami terus berikan seiring waktu terutama pada saat petani menemukan hama dan penyakit tanaman yang tak kunjung berkurang dan makin hari makin kebal terhadap racun kimia. Pendapatan usaha tani pun sebagian besar diinvestasikan untuk membeli pupuk dan pestisida yang kian hari kian mahal dan mempunyai dosis yang tinggi.


Penyakit Kerdil Rumpun / Klowor
Beberapa hama dan penyakit yang berkembang pada dasarnya karena tanah sudah terdegradasi, tidak lagi mempunyai nutrisi yang cukup untuk tanaman walaupun diberikan pupuk dengan jumlah yang banyak. Indikator dari kondisi ini adalah semakin sedikitnya jumlah jasad renik penyubur tanah yang tersisa, seperti cacing, kepik, belut dan lainnya. Semuanya hilang dan tergerus oleh pestisida yang digunakan dengan frekuensi dan dosis yang tinggi.

Manfaat pupuk nano antara lain mampu memaksimalkan penyerapan hara secara efisien sebanyak 33 % dari pupuk biasa, sehingga kadar pupuk rendah, murah dan ramah lingkungan. keunggulan lainnya adalah meningkatkan kualitas dan produksi tanaman, indikatornya bulir bernas dan berisi dan produksi meningkat lebih dari 2 kali lipat (Pengujian pada demplot di Tasikmalaya), dan yang terpenting pupuk ini meminimalkan limbah residu kimia terhadap tanah pertanian.

Eeng - Komunitas Malai-Malai Padi @ 2015
Designed By Blogger Templates