Breaking News

Selasa, 26 Mei 2015

Beras Plastik, Beras Analog dan Isu Keamanan Pangan

Diperlukan pendampingan yang terus menerus kepada petani
tidak hanya untuk keamanan produk pangan semisal beras
tetapi keamanan hayati dalam proses usaha taninya
Dewasa ini pemberitaan tentang beras plastik menyita media massa tanah air. Banyak para ahli dan pakar yang menyampaikan pendapat agar suasana menjadi kembali tenang. Beras plastik begitu menyita perhatian karena hampir seluruh penduduk Indonesia mengkonsumsi beras, bahkan di daerah-daerah yang dahulu menggunakan sumber karbohidrat  lain saat ini mulai beralih ke beras.

Bagi Kabupaten Indramayu dan kabupaten-kabupaten lain yang daerahnya penghasil beras tentunya hal ini tidak begitu mengkhawatirkan, karena rata-rata di setiap rumah tangga petani biasanya mempunyai cadangan gabah yang disimpan untuk digiling menjadi beras pada waktu diperlukan. Hal ini sangat berbeda dengan daerah-daerah lain yang sangat menggantungkan suplai beras dari luar, tentunya akan sangat mengkhawatirkan.

Seorang pakar dari IPB, Bustanul Arifin  menilai isu beras plastik memiliki tendensi lain karena muncul pada saat pemerintah mencoba mengembangkan beras analog untuk konsumsi masyarakat sebagai bagian dari diversifikasi pangan serta antisipasi terhadap kekurangan stok beras nasional.

Menurut kami munculnya pemberitaan beras plastik sebenarnya akumulasi dari reportase media massa terhadap isu rendahnya keamanan pangan di masyarakat yang ditayangkan hampir tiap hari semisal baso daging tikus, baso menggunakan borax, daging sapi dari daging celeng, ayam tiren (mati-kemarin), pewarna pada kerang, pewarna pada jajanan dll, Sehingga publik menjadi sangat sensitif terhadap pemberitaan tersebut, terlebih terhadap beras yang nota bene dikonsumsi setiap hari oleh hampir seluruh rakyat Indonesia.

Prof, Djoko Said Damardjati, menyatakan bahwa keamanan pangan adalah salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Pangan yang aman, bermutu, bergizi, seragam, dan tersedia secara cukup merupakan prasayarat utama yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan suatu sistem pangan.

Beliau menambahkan bahwa masalah keamanan pangan terutama terkait dengan produk-produk yang secara langsung maupun tidak langsung (melalui proses pengolahan) dikonsumsi oleh manusia. Aspek keamanan pangan mencakup dampak negatif hasil rekayasa genetik atas kesehatan seperti keracunan, alergi, penurunan kekebalan tubuh, karsinogenik dan lainnya.

Isu keamanan pangan juga tidak sebatas keamanan produk tapi keamanan hayati hasil rekayasa genetik, spektrum ini sangat luas karena melibatkan produk hasil laboratorium yang ditanam oleh petani hingga produk olahan semisal beras sintetis. Kondisi tersebut juga membuat kita harus semakin selektif tidak hanya dalam memilih makanan tetapi juga produk rekayasa genetik, pupuk dan pestisida kimiawi yang akan digunakan dalam usaha tani.

Sumber Pustaka :
1. http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/05/24/noum7d-isu-beras-sintetis-muncul-terkait-intelijen-atau-keamanan-pangan)

2. Prof. Djoko Said Damardjati, Road Map Menuju Komoditas Pangan Bernilai Tambah, Penerbit Papas Sinar Sinanti, Jakarta
Designed By Blogger Templates