Bangle mempunyai Kaitan Erat dengan Tradisi Budaya Sunda |
Dahulu kala, sekitar tahun 1950-an, di
Desa Darma wangi Kecamatan Tomo Kabupaten Sumedang Jawa Barat,bangle atau dalam bahasa sunda disebut panglay (Zingiber Cassummunarro xb) telah digunakan oleh petani untuk mengusir penyakit pada tanaman padi.Cukup dengan menumbuk daun bangle dan atau rimpangnya,
kemudian direndam dalam air selama semalam, lalu diciprat-cipratkan ke sawah dengan mengunakan sapu pare (sapu yang
terbuat dari jerami padi) pada saat padi menjelang bunting.
Hal yang
sama dilakukan oleh para petani di Desa Cukang Mara Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka. Tahun 1980-an, Bangle masih di
gunakan oleh penduduk di
Desa Kalapa dua Kecamatan Lemah sugih Kab.Majalengka untuk pelengkap air dalam bejana
(biasanya toples) yang dibawa ke Masjid saat memperingati Maulid Nabi Muhammad
SAW. Sepulang dari Masjid, air
dalam toples dipakai untuk membasuh muka seluruh keluarga sambil menikmati sangu punar
(nasi kuning yang khusus disajikan pada saat memperingati Hari Maulid Nabi).
Selain itu,
Bangle atau panglay senantiasa dihadirkan pada saat kelahiran bayi, sebagai bahan ramuan untuk ditempelkan
di ubun-ubun bayi, juga usut punya usut berguna untuk anti septik peralatan yang
digunakan paraji (dukun beranak). Bangle adalah tanaman yang sudah
lama digunakan di masyarakat sebagai obat tradisional. Rimpang bangle mengandung beberapa senyawa kimia antara lain alkaloid, flavonoid,
minyak atsiri, saponin, pati, tanin, teroid/triterpenoid, lemak dan gula. Alkaloid
secara umum bersifat detoksifikasi yang dapat menetralisir racun di
dalam tubuh.
Senyawa golongan flavonoid asal tanaman bangle merupakan senyawa peluruh lemak melalui aktivitas lipase. Flavonoid
berfungsi sebagai antioksidan, sistem kekebalan tubuh, melancarkan peredaran darah keseluruh tubuh dan mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah. Saponin menjadi sumber anti bakteri dan anti virus,meningkatkan sistem kekebalan tubuh,
mengurangi kadar gula dalam darah.
Bagian yang bermanfaat dari bangle
adalah rimpangnya.Tanaman ini berkhasiat untuk mengobati pusing, sembelit,
penurun panas (anti piretik), peluruh kentut (karminatif), peluruh dahak
(expectorant), pembersih darah, kegemukan, sakit pinggang, perut nyeri,
cacing kremi, encok, sakit kuning, asma, rematik dan memperkuat uterus
bagi wanita sehabis bersalin. Di
daerah tertentu seperti di Sumatera, bangle
digunakan sebagai penangkal setan dan biasanya diletakkan di tempat tidur bayi atau dibawa oleh perempuan
yang sedang hamil.Tanaman ini diduga mengandung zat anti
bakteri sehingga dimungkinkan untuk digunakan sebagai antibiotika.
Karena berkhasiat sebagai
anti bakteri dan anti virus
itulah barangkali para leluhur kita menggunakan bangle sebagai obat maupun sebagai bahan pestisida
yang ramah lingkungan. Ini adalah kearifan lokal yang luar biasa. Di Tasikmalaya,
Kang Ibo, Ketua Gapoktan Mandiri Simpatik, yaitu gapoktan yang memproduksi padi organik untuk ekspor,
telah lama menggunakan bengle sebagai bahan pestisida. Kang Ibo,mencampurnya dengan beberapa bahan
lain seperti daun sirsak, bawang putih dan serai. Daun/batang/rimpang bengle,
daun sirsak, serai, dan ,bawang putih ditumbuk sampai halus,
kemudian direndam selama satu malam, esoknya disaring dan disemprotkan secara rutin tiap
7-10 hari ke tanaman padi.Ka
Budi Kusmayadi_Malai-Malai Padi @ 2015
Sumber Pustaka:
Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p
362–369Online
http://ppesuma.menlh.go.id