Sore itu (06/01/2015), mendung tebal menggelayut diatas langit Kecamatan Anjatan - Indramayu, kami dari Komunitas Malai-Malai Padi berkesempatan meninjau lahan sawah petak percobaan kami untuk pertanian organik. Pada waktu acara workshop pengembangan pertanian organik (27/11/2014), kami diajarkan oleh Ahli Pertanian Organik, Mang Ibo (Hendra Kribo) dari Tasik malaya untuk penanaman bibit tunggal usia muda, 1 bibit per lubang tanam yang ternyata berkembang menjadi rata-rata 30 anakan. (sumber : http://malaimalaipadi.blogspot.com/2014/12/menyemai-harapan-padi-sehat-bagian-2.html).
Hal lain yang juga kami temukan pada demplot padi organik tersebut adalah terdapatnya banyak musuh alami pemangsa hama yaitu serangga Tomcat. Serangga Tomcat atau Paederus littoralis, di beberapa lokasi disebut pula Semut serai, Kumbang Rove (Rove Beetle), Semut Kayap dan Charlie.
Hewan ini termasuk dalam keluarga besar Kumbang (Staphylinidae) yang ternyata termasuk kelompok serangga kuno yang berumur 200 juta tahun, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya fosil serangga tomcat dari Jaman Triassic.
(sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Semut_semai)
Seranggat Tomcat yang kami temukan di pertanaman organik kami sangat dominan per rumpun padi yang kami amati dan kami melihat adanya tidak populasi wereng pada petak tanaman tersebut. Walaupun sempat diberitakan menyerang manusia namun serangga ini sebenarnya sahabat petani karena merupakan predator wereng dan hama ulat kedelai Helicoverpa armigera. Ternyata dengan bertani yang ramah lingkungan dan kembali ke alam, alam menyediakan perlindungan dan immunitas alami bagi hama dan penyakit yang selama ini yang sangat merugikan para petani.
Eeng - Komunitas Malai-Malai Padi